Melawan Kejahatan Terorganisir: Database Kriminal dan Sistem Informasi Terintegrasi Bareskrim

Kejahatan terorganisir adalah ancaman serius yang melintasi batas negara dan sektor, menuntut respons yang terkoordinasi dan canggih dari aparat penegak hukum. Dalam upaya Melawan Kejahatan Terorganisir yang semakin kompleks, Bareskrim Polri mengandalkan database kriminal dan sistem informasi terintegrasi. Teknologi ini menjadi tulang punggung dalam mengidentifikasi, melacak, dan menumpas sindikat kriminal berskala besar di tahun 2025 ini.

Salah satu pilar utama dalam Melawan Kejahatan Terorganisir adalah database kriminal yang komprehensif. Database ini menyimpan berbagai jenis data, mulai dari catatan sidik jari pelaku (melalui Sistem Identifikasi Sidik Jari Otomatis/AFIS), profil DNA, riwayat kejahatan, modus operandi, hingga informasi terkait barang bukti. Dengan adanya database ini, penyidik dapat dengan cepat melakukan pencarian silang, mencocokkan jejak yang ditemukan di TKP dengan data yang sudah ada, serta mengidentifikasi potensi pelaku residivis atau anggota jaringan. Misalnya, dalam penanganan kasus pencurian lintas provinsi yang diungkap pada 23 Juni 2025, database ini berhasil mengidentifikasi pola kejahatan yang serupa dari lima laporan berbeda dan mengaitkannya dengan satu kelompok terorganisir.

Integrasi sistem informasi menjadi elemen krusial lainnya. Bareskrim telah berupaya keras untuk menghubungkan database kriminal mereka dengan berbagai sistem lain, termasuk data imigrasi, catatan transaksi keuangan, dan informasi dari lembaga penegak hukum internasional. Sistem informasi terintegrasi ini memungkinkan penyidik mendapatkan gambaran holistik tentang aktivitas kriminal, melacak pergerakan aset ilegal, hingga mengidentifikasi jaringan transnasional. Peningkatan kemampuan ini sangat vital dalam Melawan Kejahatan Terorganisir seperti perdagangan manusia, narkotika, dan pencucian uang.

Selain database, Bareskrim juga memanfaatkan sistem analisis data canggih yang dapat mengolah informasi dari berbagai sumber menjadi intelijen yang dapat ditindaklanjuti. Perangkat lunak seperti Analyst’s Notebook dan Big Data Analytics digunakan untuk memvisualisasikan hubungan antar individu dan kelompok, memetakan struktur organisasi kriminal, dan mengidentifikasi pola-pola yang memungkinkan penegak hukum untuk mengintervensi secara strategis. Pada sebuah presentasi strategi keamanan internal yang dilakukan di sebuah markas besar kepolisian pada 20 Mei 2025, Kapala Divisi TIK Polri menyoroti bagaimana integrasi data telah mengurangi waktu identifikasi target utama dalam sindikat narkoba sebesar 35%.

Dengan terus mengembangkan dan memperkuat database kriminal serta sistem informasi terintegrasi ini, Bareskrim Polri semakin efektif dalam membongkar dan menumpas kejahatan terorganisir. Pendekatan berbasis data ini memastikan bahwa setiap langkah penegakan hukum didasarkan pada informasi yang akurat dan komprehensif, demi terciptanya keamanan dan ketertiban yang lebih baik bagi masyarakat.

Tulisan ini dipublikasikan di Polisi. Tandai permalink.